LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH341)
PEMELIHARAAN TM KELAPA SAWIT:
PENUNASAN DAN PEMUPUKAN
Oleh
Kelompok B4
Ni Wayan Sindra Juliarina A24080010
Andri Hamidi A24080097
Boyce Budiarto Nainggolan A24080173
Almagit Husni Hofsah A24080178
Prisca Nurmala Sari H34080038
Dosen Praktikum
Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc
Dr. Ir. Suwarto
Ir Supijatno, MSi
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman perkebunan terutama sawit memiliki respon yang sangat baik terhadap lingkungan hidup dari perlakuan yang diberikan. Untuk itu supaya potensi pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan maksimal maka tanaman ini perlu kondisi tumbuh yang sebaik-baiknya untuk itu pemeliharaan menjadi hal yang penting. Beberapa pemeliharaan TM yang sangat penting yaitu penunasan dan pemupukan karena diarahkan untuk produksi buah.
Penunasan (pruning) merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk membuang atau memotong pelepah atau bagian tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif lagi atau juga dapat merugikan tanaman. Penunasan penting dilakukan karena memiliki banyak manfaat, antara lain sanitasi tanaman, mempermudah pengamatan buah matang terutama saat taksasi produksi, mempermudah kegiatan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah yang dapat merugikan dalam hal berkurangnya hasil dan mempersulit melihat standar kematangan buah untuk dipanen yaitu jika telah jatuh dua brondolan, memperlancar penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan sirkulasi angin, dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih produktif dalam rangka efisiensi distribusi fotosintat untuk pembungaan dan pembuahan.
Sistem yang umum digunakan adalah sistem songgo dua, dimana jumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yang paling bawah. Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali.
Potensi genetik yang baik tidak akan tereksploitasi secara optimal jika persyaratan tumbuh tidak terpenuhi sehinga faktor pupuk dan pemupukan menjadi faktor penting dalam upaya mencapai produktifitas yang tinggi, utamanya dalam memenuhi persyaratan unsur hara.
Pupuk dan pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsure hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman tumbuh sehat, berproduksi secara maksimal, ekonomis, dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta dapat mengatasi persaingan unsure hara denan gulma. Keberhasilan produksi sangat tergantung pada aplokasi pemupukan, sehingga kadang timbul pandangan negative bagi orang yang kurang memahami, bahwa tanaman perkebunan terutama sawit rakus unsure hara. Pernyataan tersebut tidak benar, karena tanaman perkebunan diciptakan dari hasil pemulian atau seleksi dengan tujuan output produksinya optimal. Ha ini dapat dicapai apa bila unsure hara yang diberikan sebanding denan produksi yang diinginkan. Kebutuhan hara yang tinggi pada tanaman kelapa sawit, setiap tahun tanaman kelapaa sawit yang dikelola dengan baik mampu menghasilkan sekitar 25 ton Tandan Buah Segar (TBS)/ha atau setara 5-6 ton minyak sawit (CPO). Total biomasa yang dihasilkan sebanyak 50 ton berat kering/ha/tahun. Keluaran output ini tidak hanya dapat dipenuhi oleh hara tanah semata, tetapi menuntut masukan (pupuk) yang besar juga. Sebagai gambaran bahwa 1 ton TBS mengandung hara setara dengan 6,3 kg urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg MOP, dan 4,9 kieserit, dan hara mikro lainnya. Dengan demikian dapat dibayangkan berapa banyak hara yang terangkut melalui panen dari areal perkebunan sawit seluas 1 ha. Tampa adanya masukan berupa pupuk yang memadai, maka tanah perkebunan semakin lama akan semakin miskin sehingga tidak akan mampu memenuhi hara yang diperlukan tanaman untuk berproduksi secara normal.
Tujuan
Tujuan praktikum adalah :
- Melakukan pemeliharaan tanaman meliputi: pengendalian gulma secara kimia dan penunasan.
- Memahami pentingnya kegiatan penunasan dengan norma yang tepat.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan merupakan salah satu usaha pemeliharaan (kultur teknis) tanaman untuk mengembalikan hara yang terangkut oleh tanaman guna mendapatkan tanaman yang sehat agar produksi tanaman yang optimal dapat dicapai. Tanaman kelapa sawit memerlukan unsur hara untuk dapat tumbuh dan berproduksi normal baik unsur hara makro antara lain : N, P, K, Mg, Ca, S, maupun unsur hara mikro B, Cu, Zn, Mo, Fe, Mn, dan Cl. Seluruh unsur hara diperoleh tanaman dari dalam tanah, kecuali hara C dan O yang diperoleh tanaman langsung dari udara melalui proses fotosintesa (Hardjowigeno, 2007). Pemupukan pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan dan yang sudah menghasilkan secara konvensional umumnya dilakukan dengan pupuk tunggal yaitu dengan pupuk-pupuk standar seperti Urea/ZA, SP-36/RP, MOP dan kieserit atau dolomit.
Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Oleh karena itu, untuk menjadi tanaman produktif yang berkesinambungan maka keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan unsur hara ini harus diimbangi dengan pemupukan ke dalam tanah. (Pahan, 2006).
Pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara dalam tanah sekaligus menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut (dikonversi) melalui produk yang dihasilkan. Di lain pihak, pemupukan juga berfungsi untuk memperbaiki kondisi tanah yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit.
Pemupukan tanaman adalah faktor utama dalam perkebunan yang harus diperhatikan. Keterlambatan pemberian pupuk atau kesalahan dalam teknik pemupukan, akan berakibat rusaknya tanaman. Hasil dari pemupukan ( khususnya untuk tanaman kelapa sawit ), baru bisa dilihat pada produksi tanaman setelah satu sampai dua tahun kemudian (Sulistiawan, 2001).
Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) diarahkan untuk produksi buah. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di dalam piringan (Liang, 2008).
Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM)
Aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektifitas pemupukan. Istilah umum adalah empat tepat, yaitu: tepat waktu, dosis, jenis, cara, dan biasanya masih ditambahkan satu tepat lagi, yaitu tepat pelaporan (data). Sehingga disebut empat tepat lima sempurna.
Waktu pemupukan akan sangat menentukan besarnya presentase hara pupuk yang dapat diserap tanaman dan juga tingkat kehilangan hara pupuk. Pada dasarnya, pemupukan ideal dilakukan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan.
Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali per tahun yaitu semester-1 dan semester-2. Frekuensi pemupukan tergantung jenis pupuk dan sifat lahan (tanah & iklim). Misalnya pada tanah pasir umumnya dilakukan pemupukan 3 kali per tahun, sedangkan pada tanah lempung/liat 2 kali per tahun. Pupuk P, umumnya dilakukan pemupukan cukup 1 x per tahun. Waktu aplikasi juga harus memperhatikan jenis pupuk, misalnya antara pupuk ammonium (N) dengan pupuk alkalis; antara pupuk K dan Mg. Selain itu, juga selang waktu antara aplikasi pertama dan kedua untuk jenis pupuk yang sama, serta selang waktu antara jenis pupuk yang berbeda (Anonim, 2010).
Faktor yang sangat penting adalah yang berkaitan dengan kondisi kelembaban tanah saat aplikasi pupuk. Hal ini akan sangat menentukan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan dan pencucian. Stategi berikut diberikan sebagai pedoman pemupukan saat musim kering dan musim hujan.
Aplikasi pupuk mengandung arti bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan dosis rekomendasi. Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh sistem pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses perawatan,) dan system pengupahan. Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menjerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh karena itu pada tanah pasir, dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi. Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk (Liang, 2008).
Tepat jenis ialah pupuk yang diaplikasi harus sesuai dengan yang direkomendasikan. Konversi jenis pupuk, selain mempertimbangkan kadar total hara, juga tingkat kelarutan, dan sifat-sifat hara pupuk.
Tepat cara adalah dimana pupuk ditempatkan atau diaplikasikan di lapangan dangan cara menabur pupuk. Aplikasi pupuk dilakukan pada piringan yang telah dibersihkan dari rumput, alang-alang dan kotoran lainnya. Pada areal datar semua pupuk ditabur merata mulai 0.5 m dari pohon sampai pinggiran piringan melingkar tanaman. Pada areal berteras, 2/3 pupuk disebar pada bagian dalam teras dekat dinding bukit dan sisanya 1/3 diberikan bagian luar teras (Fauzi. 2006).
Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan ( TM ) Pada Tanah Gambut (Winarna et al., 2000 dalam Darmosarkoro et al., 2003):
Kelompok Umur | Dosis pupuk (kg/pohon/thn) | Jumlah | |||
(tahun) | Urea | SP-36* | MOP (KCl) | Kieserite | |
3 – 8 | 2.00 | 1.75 | 1.50 | 1.50 | 6.75 |
9 – 13 | 2.50 | 2.75 | 2.25 | 2.00 | 9.50 |
14 – 20 | 1.50 | 2.25 | 2.00 | 2.00 | 8.00 |
21 – 25 | 1.50 | 1.50 | 1.25 | 1.50 | 5.75 |
Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan (T M ) Pada Tanah Mineral (Winarna et al., 2000 dalam Darmosarkoro et al., 2003):
Kelompok Umur | Dosis pupuk (kg/pohon/thn) | Jumlah | |||
(tahun) | Urea | SP-36* | MOP (KCl) | Kieserite | |
3 – 8 | 2.00 | 1.50 | 1.50 | 1.00 | 6.00 |
9 – 13 | 2.75 | 2.25 | 2.25 | 1.50 | 8.75 |
14 – 20 | 2.50 | 2.00 | 2.00 | 1.50 | 7.75 |
21 – 25 | 1.75 | 1.25 | 1.25 | 1.00 | 5.25 |
Keterangan: *Jika tersedia SP-18, maka dosis SP-36 harus dikali 2 dengan yang berasal dari (36/18)
Sementara menurut Fauzi (2006), dosis pemupukan kelapa sawit sebagai berikut:
Umur Kelapa Sawit | Dosis per pohon (kg) | |||
(tahun) | Urea | SP 36 | KCl | DSP |
1 – 3 | 0.50 | 0.50 - 0.75 | 0.25 | 0.50 - 1.00 |
3 – 5 | 0.50 - 1.00 | 0.50 - 1.00 | 0.25 - 0.50 | 0.50 - 1.00 |
6 – 12 | 0.50 - 1.00 | 0.50 - 1.00 | 0.25 - 0.50 | 0.50 - 1.00 |
12 – 25 | 0.75 - 1.50 | 0.50 - 1.00 | 0.75 - 1.00 | 0.50 - 1.00 |
Namun apabila pemupukan menggunakan NPK 15-15-15, maka dosis perpohonnya sebanyak 4 kg ditambah DSP 1 kg perpohon. Penggunaan kompos, bokasi, abu tandan sawit, bahan organik sangat berguna dan bermanfaat, terutama pada lahan yang miskin kandungan bahan organik (Fauzi, 2006).
Kegunaan Unsur Hara
Jenis dan kegunaan unsur hara penting diketahui oleh petani, sebab pengetahuan itu akan meningkatkan ketepatan baik jumlah, saat pemupukan, dan efektivitas pupuk terhadap produksi tanaman. Beberapa unsur hara yang penting bagi kelapa sawit, antara lain: Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Boron (B) dan Zink (Zn).
Nitrogen (N), unsur hara ini diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna bagi pertumbuhan tanaman, kekurangan N mengakibatkan pertumbuhan tanaman menurun. Gejala kekurangan N adalah dimulai dengan berubahnya warna daun menjadi pucat, kemudian berasur-angsur menjadi kuning atau sering disebut klorosis (Mangoensoekarjo, 2007). Sumber pupuk yang mengandung N adalah Urea atau ZA, ammonium fosfat.
Phospor (P), merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak, berguna bagi perakaran dan batang yang kuat, serta meningkatkan mutu buah. Mangoensoekarjo (2007) menyatakan kekurangan P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun berwarna keunguan. Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, rock phosphat, SP-36.
Kalium (K) unsur ini juga diperlukan dalam jumah banyak, penting untuk penyusunan minyak dan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan. Kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun muda. Gejalanya akan timbul bercak transparan, lalu megering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl.
Tunasan berarti membuang atau memangkas daun yang berada dibawah buah. Tujuannya adalah membersihkan tanaman supaya pollen mudah membuahi putik, memudahkan pekerja mengambil buah masak, secara fisiologis daun tua dibagian bawah sudah tidak efektif berfotosintesis (Marwanis, 2008). Selain itu tujuan pemangkasan atau penunasan adalah untuk keseimbangan fisiologis tanaman, sanitasi, dan menghindari berondolan tersangkut di pangkal pelepah.
Terdapat tiga jenis penunasan pasir yaitu : (1) kegiatan membuang daun kering atau pelepah-pelepah kosong pada TBM dan bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan dan mengefektifkan pemanfaatan unsur hara, (2) penunasan atau pemangkasan produksi yaitu memotong daun-daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada waktu tanaman berumur 20-28 bulan, dan (3) penunasan atau pemangkasan pemeliharaan yaitu membuang daun-daun songgo dua secara rutin.
Pengendalian gulma secara manual ialah pengendalian yang dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau membersihkan gulma dengan cangkul atau tajak/parang (Tjitrodirdjo dan Utomo, 1984). Sedangkan pengendalian gulma secara kimia dengan manual merupakan teknik pengendalian berupa pemberian bahan kimia dengan tenaga kerja manusia. Teknik ini mempunyai keunggulan, yaitu hasilnya cepat terlihat dan mudah untuk dilaksanakan. Pada lahan-lahan sempit, pengendalian gulma secara manual memberikan hasil yang efektif dan efisien.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan pengamatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit dilakukan di kebun percobaan Cikabayan University Farm, Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan yaitu pada saat jam praktikum ILmu Tanaman Perkebunan, pukul 07.00 WIB – 10.00 WIB pada tanggal 21 Maret 2011.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam pengamatan ini antara lain tiga pohon TM kelapa sawit, pupuk urea 68 kg/ha , pupuk TSP 123 kg/ha , pupuk KCl 68kg/ha , egrek, ember, dan cangkul.
Metode
Setiap TM kelapa sawit dilakukan penunasan, pengendalian gulma pada piringan, dan pemupukan. Pelepah daun dipotong dengan menggunakan egrek, posisi keratan pelepah mepet ke batang kelapa sawit. Pelepah yang telah terjatuh dipotong menjadi tiga bagian kemudian ditempatkan di gawangan mati. Pengendalian gulam dilakukan pada piringan dengan jari-jari 2 meter. Alat yang digunakan dalam pengendalian tersebut adalah cangkul dengan teknik tidak melukai akar tanaman. Setelah dilakukan pengendalian kemudian dilakukan pemupukan. Pemberian pupuk dilakukan di jarak 0.5 m dari pokok untuk pupuk urea dan jarak 0.8 untuk pupuk SP dan KCL.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dosis pupuk per tanaman
Pupuk urea 3 tanamn @ 500 g
Pupuk SP 3 tanaman @ 900 g
Pupuk KCL 3 tanaman @ 500 g
· Waktu : 31 menit (0,517 jam)
· Total waktu yang dibutuhkan : 0,517 jam x 5 orang = 2,585 jam
· HOK yang dibutuhkan untuk penunasan, pengendalian gulma, dan pemupukan :
= 0,369 HOK

· HOK yang dibutuhkan untuk penunasan, pengendalian gulma, dan pemupukan 1 ha kelapa sawit :

Pembahasan
Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum adalah penunasan (pembuangan) pelepah, pembersihan gulma di area piringan dan pemupukan. Pruning (penunasan) merupakan kegiatan pemotongan pelepah daun tua atau daun yang tidak produktif dengan tujuan menjaga standar jumlah pelepah tiap pohon kelapa sawit dan meningkatkan efisiensi penggunaan fotosintat. Piringan tanaman kelapa sawit harus selalu bersih dari gulma. Hal tersebut berfungsi untuk memudahkan dalam proses pemanenan. Kebersihan piringan juga berfungsi untuk mengefisienkan pemberian pupuk. Keberadaan gulma dipiringan akan mengganggu penyerapan hara dari pupuk yang diberikan.
Hasil dari kegiatan penunasan adalah membuang satu pelepah dari setiap pohon. Pembuangan pelepah ini bertujuan untuk membuang pelepah negatif dan mendapatkan Indek Luas Daun (ILD) yang optimal. ILD optimal menjadikan tanaman lebih efisien dalam penggunaan fotosintat. Dengan demikian, tanaman akan optimal dalam penyimpanan fotosintat sehingga produksi buah kelapa sawit pun menjadi lebih optimal. Selain itu, penunasan juga memiliki maanfaat untuk memudahkan pemanenan sehingga pengerjaan akan lebih cepat. Dengan demikian, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan lebih sedikit. Penunasan juga dapat mengontrol kelembaban di areal perkebunan, sehingga peluang kemunculan hama dan penyakit akan lebih rendah.
Pada saat memberikan pupuk, yang dapat menyerap hara yang diberikan tidak hanya tanaman tetapi juga gulma yang ada di sekitar piringan dan tanaman. Oleh karena itu sebelum melakukan pemupukan, piringan dan areal di sekitar tanaman dibersihkan dari gulma. Piringan atau bokoran harus dibersihkan dari gulma agar pupuk yang diberikan tidak diserap gulma. Pemeliharaan piringan juga dilakukan untuk memperlebar radius piringan sesuai perkembangan tajuk. Selain itu, piringan yang bersih akan mempermudah pemanenan. Gulma juga dapat menjadi inang penyebab penyakit ataupun hama. Oleh karena itu gulma harus dibersihkan dari piringan.
Pengendalian gulma di piringan pokok pada praktikum dilakukan secara mekanik dengan menggunakan cangkul. Pembersihan gulma tidak dilakukan dengan mencangkul piringan hingga dalam. Namun, gulma dibersihkan dengan memotongnya tepat di permukaan tanah. Cara ini dilakukan agar kegiatan pengendalian gulma di piringan pokok tidak merusak akar kuarter yang berada dekat dengan permukaan tanah. Akar kuarter adalah akar yang paling penting. Fungsi akar tersebut adalah sebagai akar penyerap hara. Apabila dalam pembersihan gulma dilakukan pencangkulan yang terlalu dalam atau mengupas permukaan tanah, dikhawatirkan akan memutus akar tersebut.
Pengendalian gulma secara manual mempunyai kelebihan berupa piringan yang dibersihkan akan langsung dirasakan saat berondolan ada yang terjatuh, juga setelah pembersihan dapat langsung dilakukan pemupukan. kelemahannya adalah membutuhkan tenaga kerja relatif banyak (HOK lebih besar), pada beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya erosi permukaan dan pelukaan akar, tanah menjadi cekung dan tergenang air pada waktu hujan (dapat menyebabkan busuknya tanaman), rusaknya struktur tanah dan hilangnya sebagian besar bahan organik. Sementara pengendalian dengan cara kimia memiliki kelebihan yaitu kebutuhan HOK relatif lebih rendah, biaya lebih murah dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit. Namun, pengendalian secara kimia juga memiliki kekurangan berupa risiko pencemaran lingkungan, keracunan bahan kimia pada aplikator dan untuk piringan kurang efisien sebab brondolan masih dapat tersembunyi di sela-sela gulma.
Waktu pemupukan biasanya dilakukan ketika curah hujannya kecil dan tidak boleh ketika sedang musim hujan. Pupuk yang baik sebaiknya dapat memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran. Pemupukan dilakukan 2 – 3 kali dalam setahun tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur atau kondisi tanaman. Terakhir dan penting sekali diperhatikan. Pemupukan kelapa sawit harus dibedakan ketika tanaman sawit belum menghasilkan dan ketika tanaman sawit yang sudah menghasilkan. Kedua kondisi ini berbeda cara pemupukannya. Pada Tanaman Menghasilkan (TM) sebagian besar energi yang tersedia digunakan untuk pertumbuhan generatif sehingga memerlukan hara lebih banyak. Tidak semua unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemupukan. Agar pemupukan efisien, perlu dilakukan 5 tepat dalam pemupukan yaitu tepat jenis, tepat cara, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat sasaran.
Dalam praktikum, pemupukan mengikuti langkah-langkah yang menghasilkan tingkat efisiensi besar. Pupuk ditempatkan melingkar dengan jarak antar 0.5 hingga 0.8 m dari pokok. Hal ini merupakan aplikasi tepat cara karena pada jarak tersebut banyak dijumpai akar kuarter. Waktu pemupukan tidak dilakukan pada saat curah hujan sedang tinggi. Hal ini agar pupuk yang belum diserap tidak langsung tercuci oleh air hujan. Tepat dosis, pemupukan pada praktikum menggunakan dosis untuk pupuk urea adalah 0.5 kg/pohon, SP-36 0.9 kg/pohon dan KCL 0.5 kg/pohon. Ketepatan dosis sangat penting diketahui sebab jika dosis rendah maka tanaman masih kekurangan hara, namun jika dosis terlalu tinggi maka cairan tanaman akan terserap.
Kegiatan penunasan, pengendalian gulma, dan pemupukan pada tiga pohon TM kelapa sawit dilakukan bergantian pada saat yang bersamaan. Dalam praktikum, kegiatan tersebut membutuhkan waktu 31 menit sehingga HOK yang dibutuhkan untuk tiga pohon adalah 0,369 HOK. Populasi dalam satu hektar berjumlah 136 pohon sehingga HOK yang dibutuhkan untuk mengerjakan satu hektar adalah 16,728 HOK.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan penunasan, pembersihan dan pemupukan dapat disimpulkan antara lain : penunasan, pembersihan piringan dan pemupukan pada tanaman kelapa sawit sangat penting dilakukan. Penunasan harus dikelola dengan manajemen yang baik agar mandapatkan hasil tandan buah segar yang optimal, pembersihan piringan harus dilakukan dengan benar agar tidak melukai perakaran tanaman, dan pemupukan tanaman harus dilakukan dengan tepat cara, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat sasaran agar didapatkan tingkat efisiensi yang tinggi.
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah dalam perkebunan kelapa sawit pengontrolan terhadap penunasan, pemupukan dan kebersihan piringan harus selalu dilakukan agar tercapai produksi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, A. 2008. Cara Tepat Pemupukan Kelapa Sawit. http://www.anneahira.com/pemupukan-kelapa-sawit.htm [Diakses tanggal 21 maret 2011]
Anonim. 2010. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. http://h0404055.wordpress.com. [22 Maret 2011].
Darmosarkoro, W., E.S. Sutarta dan Winarna. 2003. Teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit. Dalam Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal:113-134.
Fauzi, Y. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta
Liang, T. 2008. Seluk Beluk Kelapa Sawit. http://www.blogger.com. [21 Maret 2011]
Mangonsoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 408 hal.
Marwanis, J. 2008. Tanaman Tahunan Kelapa Sawit (Elaeis Giuneensis Jack). http://jhondry.blogspot.com [22 maret 2011].
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal.
Septi Adi, A. 2009. Pentingnya Pemangkasan Pelepah Sawit. http://www.scribd.com/doc/34726175/Pentingnya-Manajemen-Pruning-Pada-Kelapa-Sawit [Diakses tanggal 21 Maret 2011]
Sulistiawan, A. 2001. Upaya Meningkatkan Efisiensi dalam Usaha Perkebunan Kelapa Sawit. http://digilib.itb.ac.id/index.php. [22 Maret 2011]
Waluya, A. 2009. Pengendalian Gulma Secara Manual. http://waluya-pemikir.blogspot.com/2009/02/pengendalian-gulma-secara-manual.html [Diakses tanggal 22 Maret 2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar